Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut
mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir
pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan
lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil
bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan
pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun,
sehingga Ibu tak bisa menolongmu." Si ibu
terdiam, sejenak, "Aku tahu bahwa itu sakit
anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.
Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi.
Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan
nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan
getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat",
kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya.
Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih
terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia
meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia
bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa
disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam
dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit
pun makin berkurang. Dan semakin lama
mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi
terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara
besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun
terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya
berubah menjadi mutiara; air matanya berubah
menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai
hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada
sejuta kerang lain yang cuma disantap orang
sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
selalu ada untukmu.... ->jika ada saran/comment cp: adji poennya 085749146294
Minggu, 07 Februari 2010
Rabu, 03 Februari 2010
SIAPAKAH ORANG YANG PALING BERANI????
Al Bazzar meriwayatkan dalam kitab Masnadnya dari Muhammad bin Aqil katanya, "Pada suatu hari Ali bin Abi Talib pernah berkhutbah di hadapan kaum Muslimin dan beliau berkata, "Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani ?" Jawab mereka, "Orang yang paling berani adalah engkau sendiri, hai Amirul Mukminin." Kata Ali, "Orang yang paling berani bukan aku tapi adalah Abu Bakar. Ketika kami membuatkan Nabi Muhammad s.a.w. gubuk di medan Badar, kami tanyakan siapakah yang berani menemankan Nabi Muhammad s.a.w. dalam gubuk itu dan menjaganya dari serangan kaum Musyrik ? Di saat itu tiada seorang pun yang bersedia melainkan Abu Bakar sendiri. Dan beliau menghunus pedangnya di hadapan Nabi Muhammad s.a.w. untuk membunuh siapa sahaja yang mendekati gubuk Nabi Muhammad s.a.w. Itulah orang yang paling berani."
"Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi Muhammad s.a.w. sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, "Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?" Di saat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi Muhammad s.a.w. selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, "Apakah kamu hendak membunuh orang yang bertuhankan Allah?"
Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya. Kemudian Ali berkata, "Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?" Semua jamaah diam sahaja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, "Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya."
"Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi Muhammad s.a.w. sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, "Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?" Di saat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi Muhammad s.a.w. selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, "Apakah kamu hendak membunuh orang yang bertuhankan Allah?"
Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya. Kemudian Ali berkata, "Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?" Semua jamaah diam sahaja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, "Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya."
Senin, 01 Februari 2010
PENEBANG KAYU
Di sebuah desa, ada seorang penebang kayu, yang dibayar Rp 30.000,- per hari oleh seorang pengusaha, untuk jasanya menebang kayu. Setelah beberapa bulan bekerja, pengusaha merasa telah membayar penebang kayu tersebut dengan harga yang semakin mahal, tetapi hasil tebangan kayunya semakin menurun jumlahnya. Dengan negosiasi yang alot akhirnya penebang kayu itu menerima penurunan upahnya menjadi Rp 20.000,- Waktu berselang enam bulan, pengusaha tersebut berkembang usahanya, sehingga ia perlu menambah satu orang penebang kayu lagi. Sama dengan penebang kayu yang pertama, penebang kayu kedua juga dibayar Rp 20.000,- per hari. Setelah satu bulan, pengusaha tersebut menaikkan upah harian penebang kayu kedua, tetapi tidak menaikkan upah penebang kayu yang pertama. Tentu saja penebang kayu yang pertama protes. Bagaimana mungkin seorang pekerja yang baru satu bulan upahnya sudah dinaikkan, tetapi pekerja yang sudah bekerja tujuh bulan, gajinya tidak dinaikkan bahkan diturunkan.
Ternyata pengusaha itu mempunyai alasan yang cukup kuat. Penebang kayu yang kedua, mampu mempertahankan produktivitasnya. Setiap hari, ia mampu menebang kayu yang jumlahnya relatif sama setiap hari. Lain halnya dengan penebang kayu yang pertama. Sejak awal ia bekerja, sampai masa kerjanya tujuh bulan, hasil tebangan kayunya semakin menurun dari hari ke hari.
Penebang kayu yang pertama tidak percaya dengan data yang diberikan oleh si pengusaha. Untuk itu, ia minta hasil tebangan masing-masing dikumpulkan pada lokasi yang berbeda, sehingga ia bisa melihat dan membuktikan bahwa hasil tebangan penebang kayu yang pertama memang lebih banyak jumlahnya daripada hasil tebangannya.
Pengusaha setuju dengan permintaan penebang kayu yang pertama. Ia memberi waktu satu minggu bagi penebang kayu yang pertama untuk melakukan apa yang dimintanya. Setelah satu minggu, akhirnya si penebang kayu yang pertama bisa membuktikan bahwa hasil tebangan penebang kayu yang kedua lebih banyak daripada hasil tebangannya sendiri.
Selanjutnya, pengusaha menyarankan agar penebang kayu pertama belajar dan menanyakan resep sukses penebang kayu kedua dalam mempertahankan produktivitasnya. Saran itu diikuti oleh penebang kayu. Datanglah ia kepada penebang kayu kedua. Ia bertanya banyak hal. Ia melihat bagaimana penebang kayu kedua. Satu hal yang menurutnya bisa menjaga konsistensi produksi penebang kedua, adalah bahwa dalam waktu satu hari, penebang kayu kedua mengambil waktu istirahat dua kali, yaitu pada tengah hari dan ketika sore hari. Sebenarnya ia juga beristirahat pada waktu yang sama, tetapi apa yang dilakukan pada saat istirahat itu, benar-benar berbeda. Penebang kayu pertama, ketika beristirahat memang benar-benar beristirahat, makan dan minum. Tetapi penebang kayu kedua, selain makan, minum dan istirahat, ia juga mengasah kapaknya. Dan mengasah kapak, adalah bagian esensial yang menyebabkan penebang kayu kedua mampu mempertahankan produktivitasnya.
Dunia ini selalu berubah. Setiap hari selalu saja keluar penemuan-penemuan baru, cara-cara baru, dan mengharuskan kita untuk beradaptasi dengan perubahan itu. Pengalaman kami selama ini menunjukkan bahwa bukan yang terkuat yang bisa bertahan hidup, bukan yang terbesar ataupun yang terbuas. Makhluk yang mampu bertahan hidup adalah makhluk yang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya.
Itulah sebabnya, asah kapak anda. Lakukan sesuatu yang berbeda dalam cara anda menjual, sehingga hasil yang anda peroleh pun akan berbeda. Coba identifikasi apa yang sudah anda lakukan, dan analisis hasilnya. Setelah itu, lakukan perubahan pada satu atau dua hal dari cara yang anda lakukan, kemudian analisis kembali hasilnya. Kalau hasilnya lebih buruk, ubah lagi caranya. Kalau hasilnya baik, lakukan terus perubahan ke arah yang lebih baik, sampai tujuan anda tercapai.
Mudah-mudahan ada manfaatnya. Semoga Allah Memberkahi Kehidupan Kita
AMIN!!!!!!!!!
Ternyata pengusaha itu mempunyai alasan yang cukup kuat. Penebang kayu yang kedua, mampu mempertahankan produktivitasnya. Setiap hari, ia mampu menebang kayu yang jumlahnya relatif sama setiap hari. Lain halnya dengan penebang kayu yang pertama. Sejak awal ia bekerja, sampai masa kerjanya tujuh bulan, hasil tebangan kayunya semakin menurun dari hari ke hari.
Penebang kayu yang pertama tidak percaya dengan data yang diberikan oleh si pengusaha. Untuk itu, ia minta hasil tebangan masing-masing dikumpulkan pada lokasi yang berbeda, sehingga ia bisa melihat dan membuktikan bahwa hasil tebangan penebang kayu yang pertama memang lebih banyak jumlahnya daripada hasil tebangannya.
Pengusaha setuju dengan permintaan penebang kayu yang pertama. Ia memberi waktu satu minggu bagi penebang kayu yang pertama untuk melakukan apa yang dimintanya. Setelah satu minggu, akhirnya si penebang kayu yang pertama bisa membuktikan bahwa hasil tebangan penebang kayu yang kedua lebih banyak daripada hasil tebangannya sendiri.
Selanjutnya, pengusaha menyarankan agar penebang kayu pertama belajar dan menanyakan resep sukses penebang kayu kedua dalam mempertahankan produktivitasnya. Saran itu diikuti oleh penebang kayu. Datanglah ia kepada penebang kayu kedua. Ia bertanya banyak hal. Ia melihat bagaimana penebang kayu kedua. Satu hal yang menurutnya bisa menjaga konsistensi produksi penebang kedua, adalah bahwa dalam waktu satu hari, penebang kayu kedua mengambil waktu istirahat dua kali, yaitu pada tengah hari dan ketika sore hari. Sebenarnya ia juga beristirahat pada waktu yang sama, tetapi apa yang dilakukan pada saat istirahat itu, benar-benar berbeda. Penebang kayu pertama, ketika beristirahat memang benar-benar beristirahat, makan dan minum. Tetapi penebang kayu kedua, selain makan, minum dan istirahat, ia juga mengasah kapaknya. Dan mengasah kapak, adalah bagian esensial yang menyebabkan penebang kayu kedua mampu mempertahankan produktivitasnya.
Dunia ini selalu berubah. Setiap hari selalu saja keluar penemuan-penemuan baru, cara-cara baru, dan mengharuskan kita untuk beradaptasi dengan perubahan itu. Pengalaman kami selama ini menunjukkan bahwa bukan yang terkuat yang bisa bertahan hidup, bukan yang terbesar ataupun yang terbuas. Makhluk yang mampu bertahan hidup adalah makhluk yang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya.
Itulah sebabnya, asah kapak anda. Lakukan sesuatu yang berbeda dalam cara anda menjual, sehingga hasil yang anda peroleh pun akan berbeda. Coba identifikasi apa yang sudah anda lakukan, dan analisis hasilnya. Setelah itu, lakukan perubahan pada satu atau dua hal dari cara yang anda lakukan, kemudian analisis kembali hasilnya. Kalau hasilnya lebih buruk, ubah lagi caranya. Kalau hasilnya baik, lakukan terus perubahan ke arah yang lebih baik, sampai tujuan anda tercapai.
Mudah-mudahan ada manfaatnya. Semoga Allah Memberkahi Kehidupan Kita
AMIN!!!!!!!!!
"Tujuan Hidup di Tengah Pasir"
Dalam zaman entah berantah, ada 3 orang pemuda yang sangat menginginkan akan sebuah kejelasan tentang hidup mereka. Akhirnya mereka mendatangi seorang shaleh yang sudah sangat tua, beliau tinggal di pesisir pantai berpasir putih.
Sesampai di rumah orang shaleh tadi 3 pemuda langsung menanyakan tentang tujuan kehidupan ini. Orang shaleh tadi tidak langsung menjawab pertanyaan, namun dia malah memberikan 1 mangkuk kepada masing2 pemuda itu, lalu mereka disuruh untuk mengambil barang berharga di dasar laut.
3 Pemuda tersebut langsung menyelam menuju dasar laut untuk mengambil barang berharga seperti yang disampaikan oleh orang shaleh. Ketika mereka sampai di dasar laut, ternyata tidak ada emas, mutiara, harta karun atau barang berharga yang lain di dasar laut. Semuanya hanyalah hamparan pasir seluas dasar laut
Melihat kenyataan apa yang mereka hadapi, 3 Pemuda ini menyikapinya dengan berbeda. Pemuda pertama merasa bahwa ia udah jauh2 datang k dasar laut ini maka ia berpikiran rugi kalo tidak bawa apa2 walaupun tidak seperti perkiraannya sebelumnya, bahwa ia akan kembali ke pantai dengan mmbawa emas, mutiara atau barang berharga lainnya. Akhirnya ia isilah mangkuknya dengan penuh akan pasir laut dan ia bawa kembali kepada orang shaleh di tepi pantai. Pemuda kedua malah berpikir tidak ada gunanya kalo ia pulang membawa pasir, sehingga ia kembali dengan mangkuk kososng tanpa berisi apa2. Pemuda ketiga malah menghadapi kebimbangan antara membawa atau tidak, setelah perenungan maka ia akhirnya mngisi hanya dengan pasir setengah mangkuknya.
Setelah mereka bertiga kembali ke tepi pantai untuk menemui orang shaleh, alangkah terkejutnya mereka karena ketika jarak mereka dengan orang shaleh ini kurang beberapa langkah saja, pasir yang ada dalam mangkuk tadi berubah jadi BUTIRAN EMAS.
Kita, pasti bisa banyangkan dari 3 Pemuda tadi, siapa yang merasa senang dan siapa yang mersa sedih dan mnyesal. Pemuda kedua pastilah yang paling mnyesal karena ia tidak membawa apa dari dasar laut, pemuda ketiga merasakan kebahagian yg tak sempurna karna seimbang dngan penyesalannya, sedangkan Pemuda pertama walau ia sudah mngisi penuh mangkuknya dengan emas, dalam hati terdalamnya ia masih menyesal knapa ia tdak mmbawa dgn lebih sbab kantong baju dan celananya padhal mash kosong dan bsa untuk mmbawa pasir
Orang Tua Shaleh akhirnya mulai mnjelaskan, bahwa inilah tujuan hidup kita, yaitu mencari pasir yang akan berubah menjadi emas sebanyak banyaknya, walaupun ssaat ini mmang banyak pasir yg kita anggap remeh dan tak berharga.. Kehidupan kita sekarang ini seperti gambaran kehidupan di dasar laut tadi, banyak yang kita anggap tidak berharga padhal ia adalah bekal untuk selamanya.
Pemuda kedua yang tdak mmbawa apa2 tadi akhirnya bersimpuh di hdapan orng shaleh dengan pnuh pnyesalan dan mmohon untuk diberi kesempatan kedasar laut lagi dan ia berjanji tidak akan mengambil pasir kecuali hanya sebutir, hanya sebutir. Lalu orang shaleh itu menjawab : HIDUP hanya SEKALI.
....................................................................akankah kita menyesal juga.
Sesampai di rumah orang shaleh tadi 3 pemuda langsung menanyakan tentang tujuan kehidupan ini. Orang shaleh tadi tidak langsung menjawab pertanyaan, namun dia malah memberikan 1 mangkuk kepada masing2 pemuda itu, lalu mereka disuruh untuk mengambil barang berharga di dasar laut.
3 Pemuda tersebut langsung menyelam menuju dasar laut untuk mengambil barang berharga seperti yang disampaikan oleh orang shaleh. Ketika mereka sampai di dasar laut, ternyata tidak ada emas, mutiara, harta karun atau barang berharga yang lain di dasar laut. Semuanya hanyalah hamparan pasir seluas dasar laut
Melihat kenyataan apa yang mereka hadapi, 3 Pemuda ini menyikapinya dengan berbeda. Pemuda pertama merasa bahwa ia udah jauh2 datang k dasar laut ini maka ia berpikiran rugi kalo tidak bawa apa2 walaupun tidak seperti perkiraannya sebelumnya, bahwa ia akan kembali ke pantai dengan mmbawa emas, mutiara atau barang berharga lainnya. Akhirnya ia isilah mangkuknya dengan penuh akan pasir laut dan ia bawa kembali kepada orang shaleh di tepi pantai. Pemuda kedua malah berpikir tidak ada gunanya kalo ia pulang membawa pasir, sehingga ia kembali dengan mangkuk kososng tanpa berisi apa2. Pemuda ketiga malah menghadapi kebimbangan antara membawa atau tidak, setelah perenungan maka ia akhirnya mngisi hanya dengan pasir setengah mangkuknya.
Setelah mereka bertiga kembali ke tepi pantai untuk menemui orang shaleh, alangkah terkejutnya mereka karena ketika jarak mereka dengan orang shaleh ini kurang beberapa langkah saja, pasir yang ada dalam mangkuk tadi berubah jadi BUTIRAN EMAS.
Kita, pasti bisa banyangkan dari 3 Pemuda tadi, siapa yang merasa senang dan siapa yang mersa sedih dan mnyesal. Pemuda kedua pastilah yang paling mnyesal karena ia tidak membawa apa dari dasar laut, pemuda ketiga merasakan kebahagian yg tak sempurna karna seimbang dngan penyesalannya, sedangkan Pemuda pertama walau ia sudah mngisi penuh mangkuknya dengan emas, dalam hati terdalamnya ia masih menyesal knapa ia tdak mmbawa dgn lebih sbab kantong baju dan celananya padhal mash kosong dan bsa untuk mmbawa pasir
Orang Tua Shaleh akhirnya mulai mnjelaskan, bahwa inilah tujuan hidup kita, yaitu mencari pasir yang akan berubah menjadi emas sebanyak banyaknya, walaupun ssaat ini mmang banyak pasir yg kita anggap remeh dan tak berharga.. Kehidupan kita sekarang ini seperti gambaran kehidupan di dasar laut tadi, banyak yang kita anggap tidak berharga padhal ia adalah bekal untuk selamanya.
Pemuda kedua yang tdak mmbawa apa2 tadi akhirnya bersimpuh di hdapan orng shaleh dengan pnuh pnyesalan dan mmohon untuk diberi kesempatan kedasar laut lagi dan ia berjanji tidak akan mengambil pasir kecuali hanya sebutir, hanya sebutir. Lalu orang shaleh itu menjawab : HIDUP hanya SEKALI.
....................................................................akankah kita menyesal juga.
Langganan:
Postingan (Atom)